Solidaritas antar aliran atau kelompok Muslim tidak berarti harus
mengorbankan keyakinan masing-masing. Kelompok Muslim tidak perlu
khawatir akan dikalahkan oleh kelompok lainnya ketika dipertemukan dalam
satu forum dialog untuk menggalang solidaritas.
”Solidaritas itu bukan berarti pindah aliran, bukan berarti
men-Sunni-kan Syiah atau men-Syiah-kan Sunni,” kata Ketua Umum PBNU
kepada wartawan dalam konferensi pers usai pembukaan Konferensi
Persaudaraan Muslim Dunia di Jakarta, Sabtu (19/12).
Sekjen International Conference of Islamic Sholars (ICIS) itu
meyayangkan terjadinya konflik antara kelompok dan aliran di dunia
Muslim, seperti antara Hamas dan Fattah di Palestina, Sunni dan Syiah di
Irak, Hizbullah dan Mustaqbal di Lebanon, serta antara kelompok Garis keras di Pakistan.
”Hiwar (dialog, red) kali ini semoga menjadi sinyal adanya
persaudaraan Muslim di dunia,” kata Hasyim didampingi Sekjen The World
Forum for Proximity of Islamic Schools of Thought Iran Ayatullah
Muhamamad Ali Tashkiri, dan Menkopolhukam RI Djoko Suyanto.
Konferensi dilanjutkan dengan Sidang Pleno I dengan topik “Islamic Unity and Mutual Responsibility”.
Berbicara dalam sesi ini Prof Dr Karim Douglas Crow (Malaysia), Dr
Abdul Fatah al Bazam (Syiria), Syekh Ahmad al Zein (Lebanon) dan Prof Dr
Din Samsyudin (Indonesia).
Sidang pleno berikutnya mengambil topik “The Crisis Of Islamic World: an Alternative Solution”
bersama H. E. Muchsin Qumi (Iran), Prof Dr KH Said Aqil Siradj
(Indonesia), Prof Dr Masykuri Abdillah (Indonesia), dan Qudratullah Ali
Zadeh (Iran). Konferensi akan berlangsung hingga Ahad (20/12)
besok.[nu.online]
http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=144:solidaritas-tak-berarti-pindah-aliran-&catid=65:vahdat-va-taghrib&Itemid=141
Tidak ada komentar:
Posting Komentar