Jumat, 29 Juni 2012

IRAN : BENARKAH SYI’AH HANCURKAN MASJID SUNNI ?

BENARKAH SYI’AH HANCURKAN MASJID SUNNI ? Otto kritik pada para penghancur Rumah Nabi

Al Baqi sebelum di hancurkan
Zacky Falhum (facebooker anti syiah) menuliskan :
dan apakabar iran???bagaimana keadaan saudara2 ahlussunnah wal jamma’ah kita disana??taukah saudara2???apakah perbedaan masjid syi’ah dan masjid sunni di iran?????perbedaannya adalah begitu banyak masjid2 syi’ah disana tetapi tidak ada satupun masjid sunni di iran kecuali dihancur leburkan dan dipermak menjadi masjid syi’ah lengkap dgn imamnya..itulah perbedaannya!!!!!!
apakabar ulama2 sunni diiran???bagaimana kehidupannya disana???tolong anda2 cari tau dulu dgn berbagai referensi,,baru kita buka diskusi disini.
syukran……..
Em Syaikhul Islam (Facebooker anti syi’ah group inilah syiah dan penjelasanya II) mempostingkan :
first published in Asharq AL AWSAT ON 28/04/2010
By Khaled Mahmoud
Cairo, Asharq Al-Awsat- the Iranian government issued on 27/04/2010 a decision banning Sunni Muslims from praying at state universities and military camps, Asharq Al-Awsat has learnt. This decision comes within the framework of pressurizing the Sunni community in Iran, which has been taking place for decades. This ban, which was confirmed by Sunni sources in Tehran, came after Sunni Muslims were banned from holding communal Friday prayers services in their homes in cities like Isfahan, Shiraz, Kerman, and Yazd. Sheikh Abdul-Hamid Esmaeel Zahi, the highest authority for Sunni Muslims in Iran and the imam and preacher of the Makki Mosque, the largest Sunni mosque in Iran located in the city of Zahedan, expressed his sorrow at the ban. He said,    “We are very sorry that some elements have come forward to ban Friday prayers from being held in the home and placed restrictions on this practice. This group is ideologically deviant and they truly have a narrow outlook and are overly sensitive with regards to [Sunni] mosques and schools and advocacy.” Sheikh Zahi criticized this decision, stating that the Iranian constitution does not prevent any religious group from practicing its faith, regardless of its sect. He added,     “There should not be a ban on performing prayers, rather everybody should be invited to perform prayers, and we hope that all Sunnis and Shia take the initiative to perform this obligation that is the most important pillar of Islam after belief in the oneness of God.” Sheikh Zahi considered the objection of officials to the construction of mosques, schools, and religious centers for Iran’s Sunni community to be completely contrary to the principles of Iran’s Islamic government. He said,
“There are some [Sunni majority] villages where only one Shia family lives, and the government builds a [Shia] mosque. However the problem is that they do not allow us to build mosques or religious schools in large cities that are home to large Sunni communities.” He added that the officials who object to Sunnis praying at university do not have religion or any knowledge of God. Sheikh Zahi said that somebody who hates to pray behind or beside somebody from a different Muslim sect is showing signs of extreme ignorance. Sheikh Zahi said, “I call on the country’s officials and the Supreme Leader…to grant the freedom to pray in every place, which is the least right granted to us in the constitution, and that is the freedom to conduct communal and Friday prayers.”
He stressed that the most important concern for the Sunni community in Iran is the issue of jurisprudence, saying “we do not feel that there is a problem with regards to the constitution, however there is despotism from some extremist elements in some regions that have Sunni minorities, and this is something that concerns us.”Sheikh Zahi added,     “The representative of the Supreme Leader has banned the Sunni community from conducting Friday prayers in a number of [Iranian] cities, however the Sunni community in this city – even if it is a minority – wants to perform Friday prayers, however the Supreme Leader’s representative rejected this saying ‘let them follow my example [of praying in the Shia way] in their prayers.”
Sheikh Zahi has denounced such negative practices, and asked what law – national or Islamic – is able to take away the rights of Sunni Muslims to perform independent communal Friday prayers in any area of the country?
Ibnu Jawi al Jogjakartani menanggapi
Makam Baqi saat dihancurkan
Masyarakat Islam di Indonesia barangkali sengaja dibuat tidak tahu akan fakta bahwa kelompok yang mengaku ahlu sunnah wal jama’ah pernah melakukan tindakan berutal dengan meratakan Jannat al-baqi,  penghancuran rumah Rasulullah dan Khadidjah, penghancuran rumah  Imam Shadiq, penghancuran rumah ayah Rasulullah, penghancuran Suq al Leil  (tempat yang menandai tempat lahir Rasulullah saw),  perencanaan penghancuran al Kubbatul Khadra, penghancuran Rumah Abu Ayyub al Anshari, bahkan makam para istri-istri Rasulullah pun di telantarkan (lihat
Rumah Khadidjah yang dihancurkan
fotonya di syiahnews.wordpress.com). Seolah ingin lempar batu sembunyi tangan, sekarang mereka berteriak dimana-mana  seolah sebagai  golongan yang tertindas, mereka menyerukan bahwa masjid-masjid ahlu sunnah di Iran di hancurkan !!! lihatlah ahlu sunnah di iran dilarang ini dilarang itu !!! lihatlah mereka hendak menghancurkan ahlu sunnah !!!, pertanyaanya benarkah itu ? Allah azza wajalla sudah sedemikian banyak membuka kedok mereka, kedok tentang kebohongan yang menjungkir balikan tuduhan mereka. (silahkan baca di blog syiahnews.com tentang benarkah syiah berkhianat 1-5. Sebelum kita bonbgkar kebohongan mereka, adalah perlu untuk sekali lagi menunjukan kepada mereka tentang kejahatan mereka terhadap peninggalan Rasulullah saw dan ahlul ba’itnya berikut keluarga dan para shabatnya.
Tragedi Penembakan Ka’bah dengan pelontar batu (Manjaniq)
makam-siti-aminah-ibunda-rasulullah
Adalah Yazid bin Muawiyah yang dipuja-puja kelompok ahlu sunnah -  bahkan sebuah kitab berjudul “Fadho’il Muawiyah wa Yazid” dipersembahkan syekhul sunni Ibnu taimiyah kepada  Yazid dan Muawiyah – telah melakukan tindakan yang diluar akal waras.  Yazid memerintahkan Hushain  bin Numair agar melakukan penmebakan alterei batu itu setiap hari ke arah Makkah, dan termasuk arah tembakan adalah  Baitullah al-A’dzam, Ka’bah al-Musyarrafah. [1] Adakah imam-imam syi’ah atau ulama-ulama syi’ah pernah berbuat semacam itu ? siapakah Yazid ? bukankah dia tokoh penting dalam ahlu sunnah. Jika ada ahlu sunnah berdalih Yazid bukan amirul mukminin, bukankah kelompok yang menamakan diri ahlu sunnah wal jama’ah itu baru mengakui kekhalifahan Ali pada tahun masa ibnu Hanbal,  lihat kesaksian Ibnu Abi Ya’la melalui jalur Wudaizah al Hamshi [2]. Kalau kemudian kelompok ahlu sunnah menuduh syi’ah melakukan penghancuran dari dulu sampai sekarang, hal itu merupakan tuduhan tanpa bukti.
Tragedi  8 Syafal 1345 H  Penghancuran Jannatul al Baqi
Rabu 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925 mausoleum (kuburan besar yang amat indah) di Jannatul al-Baqi di Madinah diratakan dengan tanah atas perintah Raja Ibnu Saud yang sunni wahabi itu. Di tahun yang sama diperintahkan pula untuk menghancurkan makam orang-orang yang disayangi Rasulullah Saw (ibunda, istri, kakek dan keluarganya) di Jannat al-Mualla (Mekah). Bahkan sebelumnya pada tahun 1218 Hijriah kubah yang menaungi sumur Zamzam pun dihancurkan dan berikut adalah daftar  tempat yang dirusak itu :
1.    Penghancuran dan penodaan tempat suci ,di antaranya rumah kelahiran Nabi, pusara Bani Hasyim di Mekah dan Jannat al-Baqi (Madinah), penolakan wahabi salafy pada muslim yang melafalkan al-fatihah di makam-makam suci tersebut.
2.    Meratakan kuburan para keluarga Nabi di al-Baqi yang sangat di hormati kaum  muslim
3.    Pemakaman al-Mualla di Mekah termasuk pusara isteri tercinta Nabi, Sayidah Khadijah binti Khuwailid , Makam Ibunda Rasul Siti Aminah binti Wahhab, makam pamananda Rasul Abu Thalib (Ayahanda Ali bin Abu Thalib) dan makam kakek Nabi Abdul Muthalib.
4.    Makam Siti Hawa di Jedah
5.    Makam ayahanda Rasul Abdullah bin Abdul Muthalib di Madinah
6.    Rumah duka (baytl al-Ahzan) Sayidah Fatimah di Madinah
7.     Masjid Salman al_Farisi di Madinah
8.     Masjid Raj’at ash-Shams di Madinah
9.     Rumah Nabi di Madinah setelah hijrah dari Mekah
10.     Rumah  Ja’far al-Shadiq di Madinah
11.    Komplek (mahhalla) bani Hasyim di Madinah
12.     Rumah Ali bin Abi Thalib tempat Hasan dan Husein dilahirkan
13.    Makam Hamzah dan para syuhada Uhud di gunung Uhud
Agar anda lebih jelas  silahkan melihat foto-fota yang diambil dari  buku Ummul Mu’minin, Khadijah binti Khuwaylid, Sayyidah Fie Qalby al-Mushtafa karya DR. Muhammad Abduh Yamani (lihat di syiahnews.wordpress.com). Apakah tindakan perusakan dan penghancuran situs-situs tersebut dilakukan oleh orang-orang syi’ah ? jawabnya tidak.  Dengan menampilakan fakta diatas jelaslah siapakah sebenarnya yang penghancur itu. Bandingkan dengan peninggalan-peninggalan keluarga Rasulullah saw yang berada di Iran tetap dipelihara dan dimakmurkan oleh orang-orang syi’ah dan pemerintahan  Republik Islam Iran yang syi’ah itu.
Adalah tindakan ironis tatkala situ milik yahudi yakni Benteng  Ka’ab Ibn Asyraf (seorang yahudi yang terbunuh oleh imam Ali saat perang tanding)  yang dahulu dipertahankan oleh balatentara Yahudi, dan saat direbut oleh Pasukan Rasulullah saw, beliau  SAW memerintahkan agar dihancurkan supaya tidak dijadikan basis membangun perlawanan Tetapi oleh pemerintahan Sunni wahabi salafy  situs  tersebut  justru di pelihara atas nama peninggalan bersejarah. Kementrian kebudayaan negara sunni  tersembut  sampai membuat catatan  kepingan dan serpihan reruntuhan benteng Haibar. Di depan benteng yahudi tersebut dituliskan ’Peninggalan Bersejarah Yang Harus Di Lestarikan”.
Fatwa Pembongkaran al Kubbatul Khadra
Perhatikan fatwa ulama sunni yang bernama Syaikh Muqbil al Wadi’iy  dalam kitabnya yang berjudul RIYADHUL JANNAH  syaikh tersebut memerintahkan agar kubah Hijau tempat yang menanungi tempat bersemayamnya jasad suci Rasulullah SAW di hancurkan perhatikan fatwa syaikh sunni ini : 1) WAJIB MEROBOHKAN QUBAH HIJAU PADA MASJID NABAWI  DIMANA DIBAWAHNYA TERDAPAT  MAKAM RASULULLAH SAW. 2- WAJIB  DIKELUARKAN DAN DIBUANG KUBURAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW DAN DIKELUARKAN DARI MASJID NABAWI. (silahak lihat foto scan fatwa dan kitab dalam syiahnews.wordpress.com.
Adakah ulama-ulama syi’ah di Republik Islam Iran yang mengeluarkan fatwa semacam itu ? jawabnya tidak akan ditemukan fatwa konyol semacam itu. Barangkali penuduh akan mengeluarkan alibi bahwa mereka bukan ahlu sunnah tetapi wahabi, sekali lagi kami tegaskan, bukankah anda menggunakan argumen-argumen yang disusun oleh hakekat, halusiyah, gensyiah, abujauza dll yang semuanya menyatakan diri sebagai kelompok ahlu sunnah ? silahkan saja anda bertanya kepada mereka tentang siapa sesungguhnya mereka, dapat dipastikan bahwa mereka adalah ahlu sunnah.
Kalau kemudian diberbagai tempat diskusi di dongengkan bahwa masjid-masjid sunni di Iran di hancurkan, hal itu memang sengaja dihembuskan oleh orang-orang yang anti Republik Islam Iran, baik itu yang berasal dari dalam negeri Iran sendiri  – yang juga terdapat kelompok anti Republik Islam Iran (seperti Partai Tudeh-MKO, Gerakan Sekuler, Gerakan pendukung Monarki, Gerakan yang ingin memisahkan diri seperti  PDKI yang beraliran komunis itu) yang tujuanya untuk menciptakan kesan buruk di dunia internasional -. Sedangkan pihak di luar iran yang menghembuskan isu tersebut tidak lain dilakukan oleh orang-orang pendukung Konsep Dick Cheney, Tony Blair yang merumuskan  agenda memelihara  perpecahan dan ketegangan etnik [3] jadi kita takperlu kaget dengan isu-isu murahan tersebut
Situs – situs Sunni dirawaat oleh Pemerintahan Republik Islam Iran [4]
Di Republik Islam Iran banyak sekali terdapat peninggalan-peninggalan ahlu sunna dan sampai hari ini masih terpelihara dengan baik. Mislakan masjid jame’ sanandaj, bahkan nama salahuddin al ayubbi pun di abadikan sebagai nama jalan yang di sana dinamai dengan Khiyaban-e Salahed din al ayyubi,  orang-orang syiah hampir semua mengetahui bahwa saaldin al ayyubi adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pembunuhan masal  kaum syiah pada abad ke 6 hijriah, dan bertanggungjawab terhadap pembunuhan ilmuan islam bernama Suhrawadi (yang menelorkan banyak karya-karya besar), toh pemerintahan Iran menaruh hormat terhadap beliau, adakah hal yang sama dilakukan di negara-negara yang mayoritas sunni ?
Di masjid-masjid Iran pun adzan model sunni bebas dikumandangkan, bahkan jamaah sholatnya pun dapat sholat secara bersama-sama dengan semangat dan toleransi tinggi [5]  Pernikahan beda mazhab (sunni-syiah) banyak terjadi di Iran tanpa harus menemui kendala, dan jika salah satu atau keduanya berpindah mazhab dari syi’ah ke sunni atau sebaliknya hal itu biasa saja merka tidak akan mengalami sanksi sosial [6], tidak  seperti di negar-negara sunni, ambil contoh di Indonesia, jika anda pengikut gerakan Salafy dapat dipastikan akan mendapat sanksi sosial dari rekan sealiran jika menikah dengan orang lain gerakan, hal yang sama akan dialami di gerakan Tarbiyah yang memiliki lembaga Munakahat yang mengatur urusan pernikahan, demikian pula di gerakan Hizbut Tahrir dan gerakan lainya, padahal pernikahan itu dilakukan sesama mazhab.
Di daerah Negel Iran berdiri sebuah masjid bernama Masjid Abdullah bin Umar, masjid ini oleh pemerintaah Republik islam Iran yang syiah di sempurnakan sedemikian indahnya di dalam masjid tersipman manuskirip Al Qur’an kuno yang konon berasal dari masa Khalifah Utsman, hingga hari ini peninggalan itu masih dipelihara dengan baik. Di kota Shiraz situs-situs peninggalan sunni dipelihara dengan baik, seperti peninggalan dan makam  hafezh sirazi dan  sa’di (sang penyair besar sunni) , peninggalan dan makam sibawaih ( beliau adalah ulama besar ahlu sunnah konseptor besar dalam ilmu Nahwu), di kota Neyshabur  situs Omar Khayyam dan situs Attar  dua orang besar ahlu sunnah dibangun dengan sangat apik. Masyarakat ahlu sunnah  di kota sanandaj  dan Shiraz menjalankan kehidupan keagaamaan sesuai madzhabnya dengan leluasa. Terlalu banyak untuk disebutkan  lebih lanjut silahkan merujuk ke buku yang saya sebutkan dalam catatan kaki tersebut.
Negeri syiah yang melestarikan peninggalan pemikiran sunni
Hal yang sulit ditemui di negara-negara sunni termasuk di Indonesia adalah pemanfaatan peninggalan ulama-ulamanya sendiri (yang sunni) dalam kehidupan berbudaya,  di negeri kita ini yang memperihatinkan identitas kebangsaan  justru sedikit demisedikit tergerus dan termarginalisasikan oleh budaya-budaya barat. Karya-karya ulam-ulama besar ahlu sunnah jarang diketahui kalaupun ada itu hanya mangkrak di rak-rak buku sebagai hiasan bahwa si pemilik rumah adalah orang hebat karena memiliki koleksi buku-buku karya pemikir besar. Masyarakat syi’ah iran berbeda, rak perpustakaan mereka selain dipenuhi buku-buku dari kalangan mereka sendiri  juga disediakan buku-buku dari kalangan ahlu sunnah bahkan kitab-kitab picisan satiris yang menyerang syiah pun dikoleksi.
Di Iran yang negara-negaranya adalah penganut mazhab ahlul ba’it ( baca syiah) anak-anak sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi  memiliki tradisi yang menyemarakan karya-karya yang justru ditulis oleh ulama ahlu sunnah, seperti Jalaluddin Rumi, Sa’di, Hafez, Omar Khayyam, Ferdawsi, atthar nesyaburi dan tentu saja karya-karya ulama syi’ah, di kampus-kampus secara rutin mereka menggelar acara yang disebut dengan Ashr-e Ba Shi’r untuk membacakan karya-karaya mereka, luar biasa penghornatan mereka. Adakah dikalangan ahlu sunnah ada ? dimanakah acara-acara yang menghormati karya-karya ulama mereka sendiri ?
Pada bulan Agustus 2006,  pemerintah Republik Islam Iran secara aktif menyokong UNESCO untuk menjadikan Jalaludin Rumi sebagai icon kebudayaan dunia, dan akhirnya PBB melalui UNESCO pada tahun 2007 ditetaplam sebagai Tahun Jaluluddin Rummi, pertanyaanya, apa yang dilakukan oleh mereka yang dilakukan  mereka yang mengaku sebagai pengikut ahlu sunnah yang salah satu tokoh besarnya bernama Jalaludin Rummi itu ? selain caci maki dan supah serapah pada negar sunni, betapa kerdilnya pemikiran mereka, bahkan mereka sendiri hanya puas dengan jubah inisiasi sunni tapi miskin dari internalisasi peninggalan ulamanya sendiri, bandingkan dengan syi’ah sekalipun bukan ulama yang berasal dari kalangya, para ulama-ulama syi’ah  menunjukkan penghormatanya.  Bukan hanya itu, di tahun yang sama  pemikiran Muhammad Iqbal di usulkan pula sebagai khasanah internasional. [7]. Perhatikan apa yang dilakukan oleh Ayatullah Murthadha Muthahari,  sebuah buku kecil berjudul Dastan-i Rastan yang ditulis oleh beliau yang sejatinya ditulis sebagai persembahan untuk ayah dan gurunya, yang berisi kisah-kisah penuh makna,  akhirnya dipilih oleh UNESCO sebagai buku terbaik.  Dan  yang paling akhir usaha serius ulama-ulama syi’ah memperkenalkan prinsip-prinsip politik Imam Ali bin Abi Thalib, telah menyorong PBB untuk mengeluarkan himbaun kepada  negara-negara  Arab pada khususnya dunia dan dunia pada umumnya untuk meneladani sistem politik yang dilakukan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib [8]
Adalah patut dipertanyakan pada para penebar berita dusta (seperti Zacky Falhum dan Em syaikhul Islam), kamipun bertanya sajikan data kepada kami apa yang telah dilakukan pemimpin-pemimpin anda untuk menghormati peninggalan ulama kalian sendri di pentas dunia internasional, sekali lagi ulama kalian sendiri saja, apa ? sebutkan dan carilah refensisinya (niscaya hanya akan anda temukan pengkhianatan terhadap ulama anda sendiri, ratusan fatwa pembawa bid’ah, penyesatan dan lain-lain padahal itu ulama kalian sendiri) dan setelah itu mari kita berdiskusi disini…
Wallahua’lam bhi showab
[1] Lebih lanjut silahkan lihat di Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah dan As-Suyuthi dalam kitab Tarikh al-Khulafa
[2] Lihat di Thabaqat al Hanabilah jiid 1.
[3] Silahkan merujuk ke  pernyataan John Bolton (mantan dubes AS di PBB) yang dikutip oleh Global Reserch dann artikel berjudul Bloog Borders tulisan Ralph Peters, di jurnal US Armed  forces, dalam artikel tersebut disebutkan plan  Barat menciptakan  destabilitas di timur tengah.
[4] untuk mengetahui detailnya silahkan merujuk ke buku  Pelangi di Persia Menyusuri Eksotisme Iran, kami hanya akan mengambil sebagian  saja.
[5] Ibid hal 145-149 lihat semangat toleransi orang-orang syi’ah iran.
[6] ibid 150-151
[7] Lebih jauh silahkan membaca tulisan Ammar Fauzi Heryadi, Republik Islam Iran : Menyongsong Tahun Jalaludin Rumi terbitan HPI edisi Agustus 2006.
[8] Silahkan lihat diblog lenteralangit.wordpress.com

Kamis, 28 Juni 2012

MUI : banyak tokoh nasional agen ZIONIS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri, KH. Muhyidin Junaidi menilai, banyak tokoh nasional yang diindikasi menjadi agen Israel di kawasan Asia Tenggara. Pernyataan Kyai Junaidi terkait dengan ‘kepergoknya’ beberapa tokoh politik dan pejabat dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ketika perayaan Kemerdekaan Israel ke 64 Kamis pekan lalu.
“Inilah indikasi semakin banyaknya agen terselubung Israel di Indonesia,” kata Kyai Junaidi ketika dihubungi ROL, Selasa (1/5). Lanjut Kyai Junaidi mengatakan memang cukup sulit melihat apakah benar tokoh tersebut hadir kemudian menjadi agen Israel. Namun kehadiran beberapa orang Indonesia di hari kemerdekaan Israel, jelas Kyai Muhyidin, mengindikasikan kedekatan yang erat antara orang tersebut dengan pihak Israel.
Apalagi orang tersebut adalah tokoh politik dan pejabat di KADIN. Ini menurut Kyai Junaidi, menunjukkan bukan hubungan yang sembarangan. “Hubungan ini bukanlah sembarangan,” ujarnya. Selain itu, mereka yang ‘kepergok’ menghadiri acara tersebut, jelas dia, secara tidak langsung mengakui posisi Israel sebagai negara merdeka, ketika penindasan Israel terhadap rakyat Palestina terus dilakukan.
Mereka yang hadir itu, menurut Kyai Junaidi sebagian orang Islam dan mereka itu menjadi orang munafik yang melakukan standar ganda. Kehadiran mereka , jelas dia, telah menciderai perasaan sesama umat Islam di Tanah Air. Dimana sebagian besar masyarakat muslim dunia dan di Indonesia mengecam keras keberadaan negara penjajah Israel yang menganeksasi wilayah Palestina.
Pada perayaan kemerdekaan Israel ke 64, Kamis (25/4) pekan lalu, beberapa tokoh politik dan pejabat KADIN tampak hadir di gedung School of the Arts, Singapura. Salah satu tokoh politik yang hadir adalah mantan Politisi dari Partai Golkar, Ferry Mursdian Baldan.
Ferry mengakui bahwa dirinya bersama istri memang menghadiri acara Peringatan Hari Kemerdekaan Israel. Menurut dia, ia hanya sebatas memenuhi undangan. Mantan anggota DPR RI itu menyatakan dirinya terbiasa membuka hubungan komunikasi dengan siapa pun termasuk dengan Israel. “Itu undangan pribadi yang dikirim resmi oleh dubes Israel. Dan itu buat saya lumrah,” ujar Ferry.
http://id.berita.yahoo.com/mui-banyak-tokoh-nasional-terindikasi-agen-israel-060553403.html

FATWA RAHBAR SAYYID ALI KHAMENEI TENTANG HARAMNYA MENGHINA SIMBOL2 ASWAJA

Ayatullah Khamenei; Diharamkan menghina simbol-simbol saudara kita Ahussunnah

rahbarDiharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, Ahussunnah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi Saw dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya…
Teks Permintaan Fatwa;
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualakim wa rahmatullahi wabarakatuhu
Umat Islam mengalami krisis metode yang mengakibatkan penyebaran fitnah (cekcok) antar para penganut mazhab-mazhab Islam dan mengakibatkan diabaikannya prioritas-prioritas bagi persatuan barisan Muslimin. Hal ini menjadi sumber bagi kekacauan internal dan terhamburkannya kontribusi Islam dalam penyelesaian isu-isu penting dan menentukan. Salah satu akibatnya adalah teralihkannya perhatian terhadap capaian-capaian putra-putra umat Islam di Palestina, Lebanon, Irak, Turki, Iran dan negara-negara Islam lainnya.
Salah satu hasil dari metode ekstrim ini adalah tindakan-tindakan yang menjurus kepada pelecehan secara sengaja dan konstan terhadap ikon-ikon dan keyakinan-keyakinan yang diagungkan oleh para penganut mazhab Sunni yang kami muliakan.
Maka, bagaimanakah pendapat Yang Mulia tentang hal-hal yang dilontarkan dalam berbagai media televisi satelit dan internet oleh sebagian orang yang menyandang predikat ilmu berupa penghinaan terang-terangan dan pelecehan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan istri Rasul Saw, Ummul Mu’minin Aisyah serta menuduhkan dengan hal-hal yang menodai kehormatan dan harkat istri-istri Nabi, semoga Allah ta’ala meridhai mereka?
Karenanya, kami memohon Yang Mulia berkenan memberikan pernyataan tentang sikap syar’i secara jelas terhadap akibat-akibat yang timbul dari sensasi negatif berupa ketegangan di tengah masyarakat Islam dan menciptakan suasana yang diliputi ketegangan psikologis antarsesama Muslim baik di kalangan para penganut mazhab Ahlulbait maupun kaum Muslimin dari mazhab-mazhab Islam lainnya, mengingat penghujatan-penghujatan demikian telah dieksploitasi secara sistematis oleh para provokator dan penebar fitnah dalam sejumlah televisi satelit dan internet demi mengacaukan dan mengotori dunia Islam dan menyebarkan perpecahan antar muslimin.
Sebagai penutup, kami berdoa semoga YM senantiasa menjadi pusaka bagi Islam dan Muslimin.
Tertanda
Sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, Arab Saudi
4/ Syawal 1431 H
Jawaban Imam Khamenei:
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullah wa barakatuh
Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, Ahussunnah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi Saw dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para Nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia Saw.
Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.
Sumber bahasa Arab klik: http://abna.ir/data.asp?lang=2&id=206704
Sumber bahasa Indonesia klik: http://www.facebook.com/home.php#!/notes/muhsin-labib/teks-fatwa-imam-khamenei-soal-penghujatan-terhadap-aisyah-dan-simbol-simbol-ahlu/481815595729

Jurus Sakti “Pecah Belah” Sesama Kelompok Islam ala Rand Corporation

Jurus Sakti “Pecah Belah” Sesama Kelompok Islam ala Rand Corporation

jurus pecah belah umatEntah bocor, atau sengaja dibocorkan guna membentuk opini, atau cuma sekedar deception, atau lainnya entahlah! Yang jelas, dekade 2003-an muncul dokumen RAND Corporation berjudul: “CIVIL DEMOCRATIC ISLAM: Partners, Resources and Strategies”.
RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer.
Garis besar dokumen Rand berisi kebijakan AS dan sekutu di Dunia Islam. Inti hajatannya adalah mempeta-kekuatan (MAPPING), sekaligus memecah-belah dan merencanakan konflik internal di kalangan umat Islam melalui berbagai (kemasan) pola, program bantuan, termasuk berkedok capacity building dan lainnya.
Sedang dokumen lain senada, terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia.
Tajuk NIC di atas pernah dimuat USA Today, 13 Februari 2005 — juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005.
Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya ialah sebagai berikut: (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia — kekerasan akan dibalas kekerasan.
Jujur harus diakui, ke-empat perkiraan NIC kini riil mendekati kebenaran terutama jika publik mengikuti “opini global” bentukan media mainstream yang dikuasai oleh Barat.
Isi dokumen NIC di atas menyertakan pandangan 15 Badan Intelijen dari kelompok Negara Barat. Tahun 2008 dokumen ini direvisi kembali tentang perkiraan atas peran AS pada tata politik global. Judulnya tetap Mapping The Global Future, cuma diubah sedikit terutama hegemoni AS era 2015-an diramalkan bakal turun meski kendali politik masih dalam cengkeraman.
Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation.
Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation, keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab Talmud.
Gerakan tersebut memakai sebutan “Komunitas Internasional” mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.
Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:
Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;
Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban);
Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;
Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam;
Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;
Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;
(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara.
Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:
1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut: (a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya; (b) mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal; (c) mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah; (e) memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka dan komunitas mereka; (f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita; (g) mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris; (h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan; (i) mendorong para wartawan untuk memeriksa isue-isue korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris; (j) mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur’an, contoh: mengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian “mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.
3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan cara: (a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen demokrasi yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi otoriter; (b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; (c) memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis; (d) mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis; (e) mendorong kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis; (f) jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang kabur; (g) di wilayah seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu mempertahankan pandangan mereka; (h) melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda; (i) memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni – Syiah, Hanafi – Hambali, Wahabi – Sufi, dll; (j) mendorong kaum tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan; (k) mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis; (l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;
4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan: (a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi; (b) mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda; (c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam; (d) memberikan mereka suatu platform publik; (e) menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; (f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” kaum muda Islam yang tidak puas; (g) memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan; (h) membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money – dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.
5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: “semua agama sama”.
Mendirikan berbagai LSM yang bergerak di bidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya.
6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara: (a) mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama; (b) mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri; (c) mendorong ide bahwa dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat.
7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS. Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti komunis.
Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja.
AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”.
Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang muslim.
Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu: (a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada; (b) identifikasi jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya; (c) memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme.
Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID).
Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah : (a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler; (b) cendikiawan muda muslim yang moderat; (c) kalangan aktivis komunitas; (d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender; (e) penulis dan jurnalis moderat.
Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor: (a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan segala sistemnya; (b) dukungan oleh media massa melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya — yang merupakan “medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam; (c) Advokasi Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.
Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”, kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.
Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau fatwa namun isinya justru “menjerumuskan” Islam, termasuk munculnya banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat, merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka “tak menyadari” telah menjadi penghianat bagi bangsa, negara dan agamanya! (IRIB Indonesia/theglobalreview/PH)
Penulis : Hendrajit (Direktur Eksekutif Global Future Institute) dan Ferdiansyah Ali (Manajer Program dan Peneliti Global Future Institute).
DaftarBacaan :
http://en.wikipedia.org/wiki/Smith_Richardson_Foundation
http://www.rand.org/
http://www.dni.gov/nic/NIC_globaltrend2020.html
http://arashirin.wordpress.com/2007/12/22/jangan-terjebak-politik-belah-bambuislam-moderat-islam-radikal/
http://www.rand.org/pubs/monographs/MG574.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Douglas_Aircraft_Company
http://www.foreignaffairs.com/articles/60656/gideon-rose/mapping-the-global-future-report-of-the-national-intelligence-co
http://forum.detik.com/showpost.php?p=2819467&postcount=376

HATI HATI ATAS SITUS PEMECAH BELAH UMAT

Belakangan ini saya banyak melihat situs-situs yang membeberkan kebohongan dan memfitnah suatu golongan untuk kepentingan pribadi dan majls ta’lim mereka sendiri… dan tentunya hal tersebut dapat dengan mudah merusak, dan memecah belah agama Allah yang sudah susah payah diajarkan oleh para Nabiyullah. Maka dari itu kita harus memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan kita terhadap islam yang benar untuk menentang perbuatan-perbuatan para provokator yang menggunakan dalil-dalil agama untuk kepentingan pribadi mereka sendiri.
berikut adalah contoh beberapa situs ‘provokator’ yang menyebarkan fitnah untuk memecah sunni dan syi’ah:
dan jika ada yang mau menyumbang artikel untuk persatuan umat, dengan senang hati akan saya terima, hitung-hitung nambah posting blog yang masih baru ini… terima kasih

WASPADAI ADU DOMBA SUNNAH-SYI’AH

WASPADAI ADU DOMBA SUNNAH-SYI’AH!!

Salah satu media massa di Irak berhasil mengungkap bahwa kerajaan Arab Saudi menghabiskan dana 600 Dollar untuk menjalankan lima satelit dalam proyek penyebaran fitnah. Fitnah yang ditujukan untuk memecah belah antara kelompok ahlu sunah-syiah, dan untuk menghantam Iran. Semua itu mereka lakukan dibawah naungan Amerika, Inggris, dan Zionis Israel.
600 Ribu Dollar untuk Kehancuran Iran
Kantor berita ABNA melaporkan, satelit Nahrain net telah dibuat untuk menebarkan fitnah berbahaya serta menciptakan perselisihan antara ahlu sunah dan syiah, berdasarkan laporan ini Muqarran bin Abdul Aziz kepala badan informasi Arab Saudi, memerintahkan pembuatan media provokasi yang baru serta perangkat satelit yang digunakan untuk menyebarkan fitnah di dunia Arab dan dunia Islam. Diberitakan bahwa satelit ini dibuat atas prakarsa Amerika, Inggris, dan rezim zionis. Mereka menggalang dana 600 Dollar untuk menyebarkan fitnah dan kebohongan.
Sumber berita Ma’aridh Saudi di Washington juga menjelaskan bahwa kerajaan Saudi menghabiskan biaya 600 juta dolar untuk proyek ini, bahkan pengeluaran untuk proyek ini bisa mencapai milyaran dolar untuk bisa menyebarkan berbagai macam fitnah diantara ahlu sunah dan syiah serta memunculkan madzhab sufi baru. Berdasarkan sumber berita ini raja Abdullah bin Abdul Aziz telah menyerahkan tugas ini pada dinas bagian informasi dan komunikasi 8 bulan yang lalu. Semua media masa Arab Saudi baik yang didalam atau diluar negeri berhubungan langsung dengan dinas ini, seperti chanel Al Arabiyah dan dua koran internasional As Syarqul Ausath dan Al Hayah yang diterbitakan di London, Satelit As Syarqiya di Irak, dan AL Lubnaniyah yang berhubungan dengan kelompok 14 Maret. Berdasarkan laporan ini, fitnah yang disebutkan tidak akan disebar di kawasan negara-negara Arab tapi ditujukan pada negara-negara Islam yang lain.
Sumber ini menerangkan tujuan kerajaan menggulirkan proyek dengan dana sebanyak ini adalah agar kerajaan Saudi Arabia menjadi perwakilan dunia Islam yang berwenang sepenuhnya pada dua bangunan suci di Mekah dan Madinah. Saudi merasa sudah cukup terdesak untuk mengambil langkah preventif membendung opini masyarakat Islam yang memandang Saudi sebagai sekutu Israel dan menjadi penentu kelancaran proyek-proyek AS di Timur Tengah. Ratusan juta orang Ahlus Sunnah percaya bahwa Arab Saudi dan AS membela tentara zionis pada saat melawan para pejuang Lebanon dan ketika mereka menyerang Gaza. Anak keturunan raja Arab Saudi yang terhitung orang penting kerajaan berjabat tangan dengan Iyalun menteri luar negeri rezim zionit pada saat konferensi internasional, hal ini menambah keyakinan masyarakat internasional bahwa Arab Saudi memang memiliki hubungan erat dengan Israel.
Sumber ini menambahkan, keberlanjutan hubungan seperti ini akan memperkuat pandangan dunia Islam bahwa Arab Saudi bekerjasama dengan Israel dan disisi lain posisi Iran, Turki, Hizbullah serta Hamas dimata Dunia Islam makin menguat. Karenanya pembuatan satelit-satelit tersebut bertujuan menyerang Iran, Hizbullah maupun Hamas. Dijelaskan juga bahwa pembuatan fitnah oleh Arab Saudi bukanlah hal yang baru, melainkan sudah dimulai sejak jatuhnya rezim Saddam. Sejak itu, departemen informasi dan komunikasi berjuang sekuat tenaga untuk membuat perselisihan antara ahlu sunah dan syiah Mereka juga menggunakan Al Mustaqilah yang mana salah satu pemilik hak khususnya adalah Hasyimi seorang wartawan koran Tunisia yang dekat dengan Zainal Abidin bin Ali seorang aparat pemerintah, media masa yang memiliki masalah dalam pemodalan ini kembali bisa bangkit dengan bantuan pemerintah Arab Saudi.
Saudi Arabia juga menjadi penyuplai dana 14 satelit Ahlus Sunnah di Irak, selain itu juga menjadi pemrakarsa terbentuknya dua satelit Shofa dan Washal. Dua satelit yang secara khusus menyiarkan siaran yang menyerang syiah disetiap harinya. Dalam siarannya dua satelit ini juga sering menghina orang-orang Ahlul Bait as. Tidak cukup sampai disitu seorang Kuwait Yasser Al Habib terang-terangan menghina Istri Nabi saw. Sumber ini menekankan berdasarkan informasi yang didapatkan dari media yang ada di London dan Arab Saudi kepemimpinan dinas informasi dan komunikasi akan diberikan pada Muqaran bin Abdul Aziz yang masih keturunan raja. Karena itu maka lebih leluasa untuk digunakan menyerang syiah seperti dua satelit yang lain Washal dan Shafa. Ada beberapa bahasa yang digunakan satelit-satelit tersebut diantaranya
Inggris, Pastu, Turki, Urdu, dan Persia.
Kedutaan luar negri Arab Saudi di London 3 bulan yang lalu menerima tiga pembesar Ahlus Sunnah dari Iran yang merupakan penentang pemerintahan Iran, pertemuan itu dilakukan secara teratur. Secara terang-terangan diberitahukan kepada mereka bahwa banyak dana yang dikeluarkan untuk membuat satelit baru dalam rangka perang dingin dengan Syiah dan untuk menciptakan perselisihan antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Kerajaan Arab Saudi berharap bisa membuat 5 satelit yang dikhususkan untuk menyebar berita di Iran, dengan bahasa Persia dan Kurdi untuk melakukan penghancuran di Iran. Ditetapkan juga Muntashir al Buluci seorang prajurit upahan sebagai orang yang berwenang memenejemen salah satu satelit tersebut. Sumber juga melaporkan bahwa dinas komunikasi dan informasi Arab saudi ini juga bekerja sama dengan intelijen Inggris, Amerika, dan Israel.
Orang-orang Israel telah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan detail sejak tahun 2005 M, data ini ditawarkan pada kerajaan Arab Saudi untuk kepentingan itu. Dan tujuan paling penting dari usaha perlawanan pada syiah adalah memunculkan fitnah antar madzhab di dunia Arab dan khususnya Libanon. Negara-negara sekitar teluk Persia seperti Kuwait sesuai konsep zionis merupakan daerah paling tepat untuk mengembalikan nama baik Arab Saudi dimata dunia islam juga diantara negara-negara Ahlus Sunnah lainnya, dengan begitu Arab Saudi tidak menjadi satu-satunya negara yang dinilai melindungi madzhab wahabi, melainkan menekankan bahwa mereka itu pelindung bagi Ahlus Sunnah, selebihnya untuk menarik negara-negara Islam kearahnya dan mengikrarkan pertentangannya dengan Iran.

wanita amerika menolong anak palestina (?)


bagaimana dengan kita ? hanya berkisruh atas nama mazhab dan saudara kita di belahan dunia lain sedang berperang melawan zionis ? bagaimana anda melihat foto ini ? INIKAH YANG KITA INGINKAN ? INIKAH YANG HARUS KITA LUPAKAN ? 


hanya rasa saling ingin menjatuhkan satu sama lain .. lihat saudara kita saudara ku sunni dan syiah ! jangan lah kita tergoda dengan segilintir orang yang ingin merusak hubungan persaudaran kita. MEREKA SAJA MENOLONG KAUM MUSLIM ? SIAPA MEREKA ? mereka hanya seorang non muslim ? APA RASA CINTA MEREKA TERHADAP PERDAMAIAN DAN KEMANUSIAAN TAK PERNAH TERLINTAS DI BENAK KITA ? y ALLAH mohon buka hati kami semua khususnya hamba beserta keluarga hamba .. ILAHI AMIN ...

Ada Apa dengan Azan Syiah?

Ada Apa dengan Azan Syiah?

Pembakaran dan penjarahan terhadap madrasah dan rumah kaum Syiah di Madura yang dilakukan sekelompok orang dengan mengatasnamakan Islam suni menjadi salah satu alasan mengapa saya menulis tentang masalah azan. Pasalnya, salah seorang yang disebut ulama setempat mengatakan, “Syiah dan suni di Iran sama-sama besar sehingga sering terjadi konflik… Azan mereka itu ditambahi dengan kalimat hayya ala khairil ‘amal dan asyhadu anna ‘Aliyyan waliullah.”
Pertanyaannya, benarkah Syiah dan suni di Iran sama-sama besar (dalam jumlah), karena menurut data jumlah Syiah di sana bisa mencapai 95%? Benarkah azan Syiah ditambahi dengan tiga syahadat? Apakah setelah mendengar pernyataan so-called ulama tersebut bulat-bulat kemudian otomatis darah dan harta kelompok Syiah menjadi halal?
Mengapa orang Syiah yang katanya musyrik tetap mengucapkan tiada tuhan selain Allah dalam azannya? Mengapa orang Syiah yang katanya meyakini Jibril salah memberi wahyu tetap menyatakan asyhadu anna Muhammad rasulullâh? Apakah hayya ‘alâ khairil ‘amal buatan Syiah? Tulisan yang dibuat sesederhana dan sesingkat mungkin ini dimaksudkan untuk saling mengenal tanpa perasangka, bukan memperkeruh suasana. Semoga bermanfaat.

Sejarah Azan Ahlusunah

Setidaknya lima kali dalam sehari kita mendengar azan. Tapi bagaimana asal-muasal azan menurut mayoritas umat muslim? Ketika kaum muslim secara jumlah semakin banyak, Rasulullah kebingungan[1] tentang bagaimana menyampaikan waktu salat. Maka beliau mengajak para sahabat untuk bermusyawarah.
Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang dilakukan orang Nasrani. Ada juga seorang sahabat yang menyarankan untuk menyalakan api pada tempat yang tinggi agar orang bisa melihat cahaya dan asapnya. Lalu ada usul dari Umar bin Khattab untuk menunjuk satu orang sebagai pemanggil kaum muslim untuk salat.[2]
Tapi bagaimana hal itu dilakukan dan apa lafaznya? Dalam riwayat Abu Daud[3], Abdullah bin Zaid dalam mimpinya melihat seseorang datang membawa lonceng. Ia bertanya, “Wahai hamba Allah, apakah engkau menjual lonceng itu?” Orang itu menjawab, “Apa yang akan engkau lakukan dengan lonceng ini?” Aku jawab, “Dengannya kami memanggil orang-orang untuk salat.” Orang itu berkata, “Maukah aku beri tahu cara yang lebih baik dari pada itu?” Abdullah bin Zaid menjawab, “Tentu.” Ia berkata, “Ucapkanlah:
Allâhu Akbar Allâhu Akbar. Asyhadu an-lâ ilâha illallâh (2 kali). Asyhadu anna Muhammada Rasûlullâh (2 kali). Hayya ‘alâ ash-shalâh (2 kali). Hayya ‘ala al-falâh (2 kali). Allâhu Akbar Allâhu Akbar. Lâ ilaha illallâh.
Setelah tiba waktu subuh, Abdullah bin Zaid menemui Rasulullah dan memberitahukan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Beliau berkata, “Insya Allah, mimpimu benar.” Maka Rasul perintahkan untuk mengajarkan kepada Bilal. Umar bin Khattab yang sedang berada di rumah ternyata mendengarnya. Ia keluar dan berkata, “Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran. Sungguh aku juga memimpikan apa yang dimimpikannya.”[4] Demikianlah secara singkat sejarah mengenai asal-usul pensyariatan azan menurut beberapa riwayat Bukhari, Abu Daud, maupun At-Tirmidzi.
Kita tidak tahu mengapa Rasulullah—pribadi yang diberi karunia besar berupa pengetahuan dari Allah—menjadi tidak tahu bagaimana cara menyeru orang salat. Kita juga tidak tahu mengapa seruan salat—sebagai ibadah utama dan bukan muamalat—disyariatkan melalui mimpi beberapa manusia biasa dan bukan nabi itu sendiri. Kita pun tidak tahu siapa yang mendatangi Abdullah bin Zaid dalam mimpinya. Namun, demikianlah riwayat masyhur tentang awal pensyariatan azan menurut jumhur.

Sejarah Azan Ahlulbait

Menurut mazhab ahlulbait azan disyariatkan pada tahun pertama hijriah, yang terdiri dari dua bagian: pertama, pemberitahuan tentang masuknya waktu; kedua, azan untuk salat wajib yang lima.[5] Jika menurut ahlusunah azan disyariatkan melalui mimpi Ibnu Zaid dan ditetapkan Rasulullah, menurut ahlulbait azan ditetapkan melalui wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi melalui Jibril, sama seperti salat dan ibadah lainnya.
Dalam I’tisham bi Al-Kitab wa As-Sunah, Syekh Subhani mengutip riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. yang berkata,
لمّا أُسري برسول اللّه (صلى الله عليه وآله وسلم) إلى السماء فبلغ البيت المعمور، وحضرت الصلاة، فأذّن جبرئيل (عليه السلام) وأقام فتقدم رسول اللّه (صلى الله عليه وآله وسلم) وصفَّت الملائكة والنبيون خلف محمّد صلى الله عليه وآله وسلم
Ketika Rasulullah melalukan isra ke langit, beliau sampai ke Baitul Makmur. Lalu tiba waktu salat. Maka Jibril a.s. melantunkan untuk mengerjakan salat dan membaca ikamah. Kemudian Rasulullah saw. maju ke depan, lalu para malaikat dan para nabi berbaris di belakang Muhammad saw.
Seorang ulama ahlusunah, Al-Muttaqi Al-Hindi, dalam Kanz Al-’Ummal meriwayatkan dari Zaid bin Ali:
أنَّ رسول الله عُلِّمَ الأذان ليلة المسرى ، وبه فُرِضَت عليه
Sesungguhnya azan diajarkan kepada Rasulullah pada malam isra, dan difardukan (salat) kepadanya.
Begitu juga di dalam bukunya mengenai fikih Imam Jafar Ash-Shadiq, Syekh Jawad Mughniyah menuliskan bahwa Imam Shadiq berazan sebagai berikut:
Allâhu Akbar Allâhu Akbar (2 kali). Asyhadu an-lâ ilâha illallâh (2 kali). Asyhadu anna Muhammadar Rasûlullâh (2 kali). Hayya ‘alâ ash-shalâh (2 kali). Hayya ‘ala al-falâh (2 kali). Hayya ‘alâ khair al-’amal (2 kali). Allâhu Akbar Allâhu Akbar. Lâ ilaha illallâh (2 kali).

Apanya yang Berbeda?

Para imam fikih ahlusunah berbeda mengenai jumlah lafaz azan. Azan dengan 15 kalimat dipilih Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad. Azan dengan 17 kalimat dipilih oleh Imam Malik. Azan dengan 19 kalimat dipilih Imam Syafii. Demikian yang disebutkan dalam situs muslim.or.id. Membandingkan dua azan di atas, maka perbedaan sebenarnya hanya ada di kalimat hayya ‘alâ khair al-’amal, yang nanti akan kita singgung sekilas.
Lalu di mana kalimat asyhadu anna ‘Aliyyan waliullah? Sebenarnya kalimat tersebut tidak pernah dan tidak akan menjadi bagian dari azan, demikianlah ijmak ulama Syiah ahlulbait. Barang siapa yang mengucapkannya dengan niat bahwa itu bagian dari azan, berarti ia telah membuat bidah dalam agama dan telah memasukkan sesuatu yang di luar agama ke dalam agama. Mengutip kitab Al-Lum’ah dan syarahnya yang ditulis Syahid Awal dan Syahid Tsani (dua fakih Syiah), Syekh Mughniyah menulis:[6]
Tidak boleh meyakini disyariatkannya selain apa yang telah ditetapkan sebagai lafal-lafal azan dan ikamah, seperti kesaksian bahwa Ali adalah wali Allah dan kesaksian bahwa Muhammad dan keluarganya adalah sebaik-baik manusia, sekalipun kenyataannya memang demikian. Setiap kenyataan tidak berarti boleh dimasukkan dalam ibadah yang terpaku pada ketentuan Allah Swt. Karena itu merupakan bidah dan pembuatan syariat sendiri, sama halnya menambah rakaat atau tasyahud dalam salat…
Jadi, pengucapan itu diniatkan bukan sebagai bagian dari azan. Sebagaimana tidak bolehnya orang Syiah melafazkan syahadat ketiga dalam bacaan tasyahud salat atau tidak bolehnya ahlusunah melantunkan salawat kepada sahabat nabi dalam bacaan tasyahud salat, tetapi cukup kepada nabi dan keluarganya. Saya berharap, sampai di sini, kita masih bisa melanjutkan perkenalannya.

Mari Melakukan Amal Terbaik

Demikianlah terjemahan hayya ‘alâ khair al-’amal. Di antara hadis yang menjelaskan tentang kalimat tersebut dalam azan termuat dalam Sunan Al-Baihaqî (jil. 1, hal. 424), salah satunya:
حاتم بن إسماعيل عن جعفر بن محمد عن أبيه أن علي بن الحسين كان يقول في أذانه إذا قال حي على الفلاح قال حي على خير العمل ويقول هو الأذان الأول
Hatim bin Ismail dari Jafar bin Muhammad dari ayahnya, sesungguhnya Ali bin Husain dalam azannya setelah mengucap hayya ‘ala al-falâh dilanjutkan dengan hayya ‘alâ khair al-’amal. Ia berkata, “Demikianlah al-adzân al-awwal.”
“Azan pada awalnya” yang dimaksud adalah azan pada zaman rasul. Selain dari cucu nabi, Ali bin Husain, hadis juga diriwayatkan berasal dari Ibnu Umar dan Sahal bin Hunaif. Namun satu riwayat di atas saya anggap cukup, karena sepertinya, riwayat tersebut tidak dianggap kuat sehingga tidak menjadi bagian dari azan sekarang.
Berdasarkan beberapa riwayat, Sayid Syarafuddin mengatakan[7] bahwa penghapusan kalimat hayya ala khairil ‘amal terjadi setelah zaman rasul saw. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslim. Jika diserukan bahwa salat adalah “amal yang paling baik” maka akan menghambat orang awam untuk melaksankan jihad. Terlihat dalam kecenderungan pemerintahan setelah rasul adalah perluasan wilayah ke berbagai penjuru negeri.
Demikianlah pembahasan mengenai azan yang coba disampaikan secara singkat. Tulisan ini bukan bertujuan untuk menyalahkan atau membenarkan pihak mana pun, tetapi—sekali lagi—untuk mengenal pendapat dari berbagai macam mazhab, karena setiap madrasah pemikiran memiliki sumber penyimpulan hukumnya masing-masing. Semoga dengan perkenalan ini tidak lagi terjadi hal-hal yang merusak persatuan umat Islam. Insya Allah.
Karena di bulan Safar ini kita akan memperingat 40 hari wafatnya cucu nabi di Karbala, tulisan tentang azan akan saya tutup dengan sebuah riwayat mengenai Imam Ali Zainal Abidin. Setelah peristiwa Karbala dan rombongan keluarga Rasulullah saw. sampai di Madinah, Ibrahim bin Thalhah bin Ubaidillah mencemooh Imam Ali Zainal Abidin a.s. seraya berkata, “Hai Ali bin Husain, siapakah yang menang di dalam perang ini?!” Imam Ali Zainal Abidin dengan tegas menjawab, “Bila kau ingin tahu siapa yang menang, maka ketika masuk waktu salat, kumandangkanlah azan dan ikamah! (Kau akan mengetahui siapa yang menang dari nama yang disebut).”[8] Wallahualam.
http://ejajufri.wordpress.com/2012/01/01/ada-apa-dengan-azan-syiah/

Persatuan Umat Islam: Sebuah Renungan

Persatuan Umat Islam: Sebuah Renungan
Oleh: Ayatullah Sayid Husein Fadhlullah
Gerakan Pendekatan Mazhab Islam sangat efektif dalam mendekatkan pemikiran-pemikiran setiap mazhab dan menciptakan unsur kebersamaan di dalamnya. Tak diragukan lagi bahwa gerakan tersebut juga dapat menyingkirkan sikap saling mengkafirkan pada diri setiap Muslim terhadap sesama saudaranya.
Gerakan Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam di Mesir merupakan sebuah gerakan budaya yang menunjukkan sejauhmana tingkat keberagaman, intelektual, akidah, sejarah dan fikih umat Islam. Tentu saja usaha tersebut menemui berbagai rintangan sosial-politik dan tipu daya musuh-musuh Islam.
Gerakan Pendekatan Mazhab Islam sangat efektif dalam mendekatkan pemikiran-pemikiran setiap mazhab dan menciptakan unsur kebersamaan di dalamnya. Tak diragukan lagi bahwa gerakan tersebut juga dapat menyingkirkan sikap saling mengkafirkan pada diri setiap Muslim terhadap sesama saudaranya. Tentu saja usaha tersebut menemui berbagai rintangan sosial-politik dan tipu daya musuh-musuh Islam.
Adalah sangat disayangkan bahwa siasat musuh dalam menciptakan perpecahan dan perselisihan antara Muslimin yang tujuannya adalah terwujudnya instabilitas politik dan kerusuhan tampak berjalan dengan lancar. Tipu muslihat ini terfokus pada usaha untuk mengungkit kembali permasalahan-permasalah sejarah yang sensitif, sehingga umat Islam yang seharusnya bekerja sama menghadapi masalah-masalah besar yang sedang menimpa mereka di masa ini, justru saling berkelahi seputar sejarah dan masa lalu.
Permasalahan ini begitu dahsyatnya sampai-sampai satu sama lain dengan mudah membubuhkan stempel "kafir", padahal perbedaan mereka hanya berkisar pada furu'uddin (cabang-cabang agama). Mereka beranggapan bahwa perbedaan dalam furu' berkaitan dengan ikhtilaf dalam ushul (prinsip-prinsip agama). Akhirnya, mereka mengeluarkan fatwa kafirnya pengikut mazhab lain dan orang-orang yang tidak sepaham atau berbeda ijtihad dengan mereka. Sebagian dari mufti-mufti (para pemberi fatwa) ini berkeyakinan bahwa orang-orang kafir non-Muslim jauh lebih baik daripada orang-orang Islam yang berbeda pemikiran dengan mereka. Mereka bersikap seperti orang-orang Yahudi Madinah yang menilai kaum Muslimin dengan berkata kepada kaum musyrik: "Kalian lebih mendapatkan hidayah daripada umat Muhammad."
Semenjak gagalnya gerakan pendekatan ini kondisi Muslimin semakin memburuk. Mereka tidak saling dekat, bahkan hubungan antara satu mazhab dan mazhab yang lain bagaikan hubungan satu agama dan agama lainnya dimana di antara keduanya terletak jurang pemisah yang dalam. Hingga saat ini musuh-musuh Islam sedang melancarkan aksinya untuk menciptakan jurang-jurang pemisah antara umat Islam, bahkan antara penganut satu mazhab sekalipun.
Umat Islam dewasa ini masih juga menyandang predikat obyek penderita/lemah, baik yang di barat maupun di timur, di selatan maupun di utara. Dengan mata telanjang kita dapat menyaksikan pemandangan pahit ini. Umat Islam yang dulunya adalah umat yang paling besar dan berwibawa daripada umat-umat lainnya, kini sedang mengalami kondisi yang tidak sepatutnya dialami.
Mengapa keterpurukan ini begitu mengakar pada diri kita sehingga kita menjadi umat yang lemah, khususnya di hadapan negara-negara adidaya? Mengapa kita tidak saling memahami kondisi internal kita yang runtuh dan berpecah belah? Dan yang lebih utama dari itu semua adalah, mengapa kita tidak bangkit untuk mencari titik keterpurukan—yang membuat kita lemah dan dilemahkan—ini sehingga kita dapat mengatasinya? Memang benar yang melemahkan kita adalah negara-negara adidaya; namun siapa yang membuat diri kita lemah di hadapan mereka?
Masalah berikutnya, apakah diri kita siap untuk mengakui kebenaran segala yang benar, sehingga dengan demikian kita dapat menujukkan keseriusan dalam berusaha keluar dari jeratan malapetaka ini?
Pertanyaan yang lain adalah, rencana dan program apa saja yang harus kita jalankan untuk menyelesaikan masalah ini? Apa yang harus kita lakukan untuk melanjutkan gerakan pendekatan antar-mazhab ini?
Kita harus bersikap transparan dan terus terang. Pertama-tama kita harus membangun kembali jembatan kepercayaan antara satu dan yang lain. Sepanjang sejarah jembatan itu telah dirobohkan berkali-kali oleh para tiran yang memegang tampuk kekuasaan. Para penguasa hanya memiliki hubungan yang baik dengan mazhab- yang mereka akui dan yang menguntungkan mereka. Seharusnya mereka membiarkan penganut mazhab lain berkeyakinan sesuai dengan pemikiran mereka. Tidak seharusnya mereka mengkafirkan, menyebut zindiq (munafik) dan memusuhi penganut mazhab lain. Budaya pengkafiran yang diciptakan penguasa ini mempengaruhi kebanyakan orang dan membuat mereka terbiasa dengannya, meskipun tanpa tahu-menahu asal usul dan sebabnya. Konsekuensi dari tradisi buruk ini adalah para penganut mazhab yang tak dianggap resmi memilih untuk lari dan hidup menyendiri serta jauh dari interaksi sosial yang sehat. Mereka melakukan praktek taqiyah (menutupi keyakinan yang sebenarnya) dan berada dalam ketakutan.
Para penjajah datang ke tanah air kita pada abad ke-20, sedangkan kita masih dalam keadaan lalai dan belum menyadari seperti apakah hubungan ideal antar sesama Muslim, apapun mazhab mereka. Para penjajah kala itu dengan penuh kesadaran menjalankan siasatnya agar kita sama sekali melupakan isu persatuan ini, sehingga kita tidak dapat bangkit dengan kekuatan persatuan.
Melihat realita di atas, dapat kita katakan bahwa saat ini kita sedang menghadapi dua masalah besar dan berbahaya yang sedang mengancam gerakan pendekatan antar mazhab. Masalah petama, masalah perpecahanan kita. Perpecahanan ini memang didasari oleh faktor politik, namun kita sendiri yang tertipu dan justru mengikuti siasat tersebut. Kemudian perpecahan ini telah disusun secara rapi sebelumnya dan diarahkan sedemikian rupa hingga benar-benar merasuk dalam tubuh kaum Muslimin. Masalah kedua, problema yang ditimbulkan oleh para penjajah dan negara-negara adidaya kepada kita. Problema ini hanya dapat diatasi dengan dijalankannya strategi pendekatan antar mazhab Islam, sehingga terciptalah keamanan internal dan solodnya barisan kaum Muslimin saat berhadapan dengan mereka.
Untuk mewujudkan rencana ini, kita perlu memetakan pelbagai perkara dalam timbangan skala prioritas. Sebagian dari perkara tersebut berkaitan dengan akidah umat Islam, dan sebagian lainnya berkaitan dengan kondisi politik mereka. Mengenai perkara-perkara yang berkenaan dengan akidah, kita perlu memperhatikan beberapa masalah di bawah ini:
Pertama, kita perlu meniru al-Quran yang mengajarkan kita cara berdiskusi dan membahas sesuatu. Metode diskusi dan perbincangan yang diajarkan al-Quran akan mengantarkan kita keluar dari lingkaran egoisme dan kesempitan berpikir menuju sikap inklusif dan keterbukaan. Metode inilah yang disebut metode terbaik dalam berkomunikasi, dimana kedua belah pihak benar-benar mendapatkan penghormatan oleh lawan bicaranya.
Kedua, kita harus menjadikan Islam sebagai parameter tertinggi dalam berinteraksi. Seharusnya dua syahadat (bersaksi bahwa Allah Swt sebagai Pencipta alam semesta dan Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya) dijadikan sebagai syarat terjaganya setiap Muslim dari kekufuran dan kebebasannya dalam berpendapat sesuai dengan mazhab yang diyakininya, sekaligus menjadi syarat perlindungan terhadap harta dan kekayaan yang dimilikinya.
Ketiga, seharusnya kata "kafir" dihapus dari kamus percakapan dan komunikasi antar Muslim. Seseorang tidak akan pernah keluar dari bingkai keimanan dan masuk dalam jurang kekufuran selama ia tidak bertentangan dengan prinsip dua syahadat tersebut.
Keempat, perbedaan mazhab seharusnya dianggap sebagai variasi dalam kesatuan. Ijtihad setiap mazhab tidak boleh dengan mudah dinilai melenceng dari garis Islam. Mazhab lain tidak boleh dianggap bodoh, bahkan musuh, hanya karena perbedaan cara berpikir dan sumbernya saja. Oleh karenanya, sudah merupakan tugas para pemikir Islam untuk menjadikan budaya komunikasi dan diskusi yang sehat sebagai budaya resmi mereka dimana tak seorang pun yang meragukan dampak positif hal ini.
Kelima, jiwa persahabatan, perdamaian, cinta dan kebebasan harus ditanamkan dalam diri setiap Muslim. Ini adalah tugas utama yang harus diemban oleh setiap cendekiawan dan ulama.
Keenam, pada situasi tertentu, perlu adanya sikap tegas terhadap pihak-pihak garis keras dan yang fanatik agar mereka sadar dan mengikuti aturan yang seharusnya. Sering kali terjadi, misalnya saat diadakan sebuah seminar pendekatan antar-mazhab, kita tidak leluasa mengutarakan pelbagai pendapat kita karena masih tetap ada saja rasa fanatik dalam diri kita, atau mungkin kita tidak menjelaskan kenyataan yang sebenarnya tentang suatu mazhab atau pihak lain karena kita tidak sejalan dengan mereka sehingga lawan bicara kita tidak mengetahui yang sebenarnya.
Ketujuh, menjalankan ajaran al-Quran, yakni saling menghormati dalam berdiskusi dan bertukar pendapat. Meskipun lawan bicara kita non-Muslim sekalipun, tentu ada titik-titik kesamaan yang dapat ditelusuri dalam pemikirannya dan ditanggapi dengan positif.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan kondisi politik adalah:
Pertama, harus ada pemisah antara permasalahan primer dan permasalahan sekunder dalam masyarakat-Muslim. Sebagian dari permasalahan yang berkaitan dengan keseluruhan umat Islam tidak dapat dilakukan oleh seseorang atau tokoh tertentu yang mewakili beberapa kalangan atau juga sebuah partai yang semuanya mengatasnamakan umat Islam, karena kesalahan bertindak dalam hal ini akan membawa bahaya dan kerugian yang dampaknya akan menimpa umat Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain, permasalahan yang mengyangkut kepentingan seluruh umat Islam hanya diselesaikan secara bersama dengan melalui pertimbangan yang matang. Adapun sebagian permasalah yang lainnya, yang bersifat terbatas pada dataran geografis, seperti permasalahan satu negara, adalah masalah yang tidak pokok. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan kondisi masyarakat Muslim setempat dan dengan memperhatikan mazhab-mazhab yang ada.
Kedua, negara-negara adidaya secara umum, dan Amerika secara khusus, adalah pihak-pihak yang menjadikan Islam dan penganutnya sebagai sasaran utama mereka. Umat Islam harus mengerti tindakan dan usaha kolektif apa yang harus dilakukan guna menghadapi mereka.
Ketiga, kita harus waspada dengan maraknya istilah-istilah seperti teroris, kekerasan, kejahatan dan lain sebagainya, yang mana semua kata-kata itu ditujukan kepada kita, umat Islam.
Keempat, kita harus memiliki sikap bersama dalam hal bagaimana seharusnya kita menghadapi upaya-upaya musuh yang berlawanan dengan persatuan umat Islam, juga dalam menyikapi istilah-istilah baru yang tersebar di tengah-tengah komunitas dunia, agar kesatuan umat Islam tetap terjaga.
Persatuan antar umat Islam bukan sekedar formalitas dan slogan belaka, bahkan berkaitan langsung dengan keberadaan Islam dan kaum Muslimin di panggung dunia yang keadaan mereka saat ini sedang terpuruk. Poin terakhir yang perlu kami ingatkan adalah, jika kita memang benar-benar tidak mampu mencapai persatuan, maka paling tidak kita harus bisa mengatur dan memahami perbedaan-perbedaan antara sesama kita, agar keutuhan kita sesama sebagai ummatan wahidah (umat yang satu) selalu terjaga.
Jalan terjal dan berliku yang kita sedang kita lewati begitu banyak. Kita sedang berada di situasi yang genting. sepanjang sejarah kita belum pernah menemukan keadaan umat Islam seperti saat ini. Karena itu, kita harus waspada dan bersikap bijaksana. Jika kita masih sibuk mengungkit perbedaan dan isu ikhtilaf mazhab, maka kita harus bersiap-siap untuk terus terpuruk dan kemudian mengalami kebinasaan. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)

Syi’ah di Aceh, Budaya atau Aqidah?

Syi’ah di Aceh, Budaya atau Aqidah?

TULISAN Dr. M. Hasballah M. Sa’ad; “Syiah di Aceh” (Serambi, http://serambinews.com/old/index.php?aksi=bacabudaya&budid=104, Minggu, 22/02/2009) telah menggugah saya dan memberi tanggapan, khususnya berkait Hikayat Muhammad Nafiah, putra Ali bin Abi Thalib dari isterinya yang lain, yang didudukkan di paha kanan Rasulullah saw. Sementara, cucu kesayangan beliau saw, Hasan dan Husen didudukkan di paha kiri Rasul yang kemudian membuat Saida Fatimah, bermasam muka. Lalu Rasul saw, menjelaskan bahwa Hasan dan Husein akan menemui ajal karena dibunuh, dan Muhammad Nafiah akan menuntut bela atas kematian mereka ini.

Bila benar yang dimaksudkan Muhammad Nafiah adalah anak Ali bin Abi Thalib dari isteri yang lain, maka saya ingin memperjelas bahwa isteri tersebut bernama Khaulah yang berasal dari Sind yang tertawan pada perang Yamamah kemudian menjadi budak Bani Hanafiah. Khalifah Abubakar memberikannya kepada Ali, dan hasil perkawinan ini lahirlah Muhammad bin Ali bin Abu Thalib pada tahun 21 H. yang terkenal bernama Ibnu Al-Hanafiah. Cerita yang menyebutkan Rasul Saw memangkunya adalah sangat musykil sekali terjadi karena Rasul wafat pada tanggal 12 Rabiul’awal tahun 11 hijrah, dan Muhammad Nafiah baru lahir pada tahun 21 H.

Sejarah mencatat Ali bin Abi Thalib pada perang Jamal tahun 36 H, dan pada perang Shiffin tahun 37 H. Dia terkenal gagah berani, alim dan wara’. Meskipun dia keturunan dari Ali bin Abi Thalib tapi Syi’ah Itsna Asy’ariyah tidak memasukkannya sebagai salah satu Imam karena mereka membatasi imam, yaitu hanya pada anak-anak Ali dari Fatimah r.a. Namun oleh faham Syi’ah sekte Al-Kisaniyah tidak membatasi hanya dari anak-anak Fatimah r.a. Mereka mengangkat Muhmmad bin Al-Hanafiah, menjadi salah satu Imam mereka, setelah berjuang memerangi penguasa yang zalim akhirnya. Dia wafat pada tahun 81 H sekembali dari Makkah menunaikan haji. Dia dikuburkan di Baqi.

Tragedi Karbala memang sangatlah tragis, memilukan, dan keji. Sebagaimana disebutkan oleh Dr. Hasballah dalam tulisannya. Duka nestapa dan airmata terus mengucur. Belum lagi kering atas duka suatu peristiwa terjadi lagi peristiwa lain. Sejak terbunuhnya Sayyidina Ali as oleh Abdurahman bin Muljam (kelompok Khawarij) pada tanggaj 17 Ramadhan tahun 40 H, cucu kesayangan Rasul saw, Hasan pun diracun oleh anak perempuan Shail bin Amr atas bujukan Muawiyah sehingga menemui kesyahidannya pada tahun 50 H setelah menderita selama empat puluh hari di pembaringan. Dan puncak kepiluan adalah terbunuhnya Husen di Karbala pada tahun 61 H dengan cara yang sangat keji oleh Ubaidillah bin Ziyad atas perintah Yazid bin Muawiyah.

Apa yang terjadi pada Sayyidina Husen kembali terulang pada cucunya Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husen pada tahun 122 H. Saat itu beliau berjuang melawan kekuasaan zalim Hisyam bin Abdul Malik, kepalanya tertembus anak panah hingga menemui ajalnya. Pengikutnya berusaha menyembunyikan jasad Zaid dengan menguburkan pada tempat yang tersembunyi tetapi dapat diketahui oleh lasykar Bani Umayyah lalu kuburannya digali kepalanya dipenggal dikirim ke Damaskus sedangkan tubuhnya disalib di Kufah. Tragedi yang syahidnya Hasan dan Husen menjadi tradisi keagamaan di Aceh sebagai penghormatan. Itu menandakan bahwa di Aceh ada pemeluk Syi’ ah yang sering ditentang karena beda faham dengan Ahlussunnah.

Mengenai Muawiyah dan anaknya Yazid, Syeikh Nuruddin ar-Raniry yang menjadi mufti Kerajaan Aceh Darussalam masa kekuasaan Iskandar Tsani (1045 -1050 M) mengeluarkan fatwa dalam bentuk syair berikut. Kata Nuruddin ebeunu Hasanji, meunan neupekri lam katanya Meupakat ulama dum na Aceh. menoe neupegah kalam calitra Saidina Ali ngon Muawiyah. nibak Allah pangkat beusa, Soe yang ceureuca dua ureung nyan. nibak Tuhan keunong meureuka Misei Yazid aneuk Muaw iyah, Fe/ora lidah he syeedara. Bek keuh takheun Yazid kaphe, hana dali Yang peusiasa. Hana hadih nibak nabi, hana dali kheun Rabbana. Indonesianya : Kata Nurddin ibn Hasanji, demikian tegas dalam katanya Ulama Aceh telah mufakat demikian riwayat ceritanya Saidina Ali dan Muawiyah, disisi Allah mereka sama Siapa yang cerca orang dua itu. dari Allah murka menimpa Juga Yazid anak Muawiyah, jaga lidahmu wahai saudara Janganlah dikata Yazid kaf’ir, tiada dalil menopangnya Tiada hadis ucapan nabi, tiada bukti firman Ilahi (Dr- Ahmad Daudy. MA. Allah dan Manusia dalam Konsepsi Nuruddin Ar-Raniry, CV. Rajawali Jakarta).

Fatwa itu menunjukkan bahwa telah terjadi perbedaan pemahaman dalam kontek peristiwa Perang Siffin (tahun 37 H) dan Perang Karbala (tahun 60 H) dalam pandangan Sunni. Syeikh Nuruddin mencoba mengaburkan dan memperingatkan ulama-ulama pada masa itu untuk tiduk terpengaruh dengan ajaran Syi’ah. Perbedaan faham antara Syi’ah dan Ahlussunnah terajut dalam rentang sejarah yang panjang yang membias sampai ke Aceh dan mula berdirinya Kerajaan Peureulak (249 H) disusul Kerajaan Samudra Pase (433 H) sampai pada Kerajaan Aceh Darussalam (920-1322).

Fatwa itu merupakan juga suatu ilustrasi bahwa paham Syi’ah pernah berkembang di Aceh. Bait terakhir adalah merupakan suatu pengunci agar hal itu tidak dibicarakan lagi. Berdasarkan fakta sejarah saya tidak merasa enggan untuk berkesimpulan bahwa faham Syi’ah pernah berkembang di Aceh. Namun dengan banyaknya ulama Ah1ussunnah baik di Aceh ataupun yang datang dari Mekah yang menganut mazhab Syafi’iah pengaruh Syi’ah pun mulai memudar. Dan bila sekarang ada yang melantunkan syair Hasan Husen atau ritual lainnya dengan simbol- simbol Syi’ah adalah semata-mata karena kecintaan mereka kepada ahlu1 bait, tapi mereka mungkin (?) bukan penganut faham Syi’ah. ***

PANDANGAN TOKOH ASWAJA TERHADAP REVOLUSI IRAN

PANDANGAN TOKOH-TOKOH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH TENTANG REVOLUSI ISLAM DI IRAN

PANDANGAN TOKOH-TOKOH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH TENTANG REVOLUSI ISLAM DI IRAN
Sehubungan dengan keberhasilan Revolusi Islam di Iran, pandangan para pejuang Islam di luar Syi’ah dapat pula dijadikan indicator (petunjuk) apakah kaum Syi’ah (Imamiyah) yang merupakan mayoritas besar Iran dipandang sebagai sesame saudara Muslimin oleh kaum Muslimin yang bukan Syi’ah.
Isam Al-Attar, seorang pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin yang berdomisili di Jerman, menyatakan dukungannya kepada Revolusi Islam di Iran. Bahkan sekarang ia sedang menulis buku dan menamakannya Revolusi Islam.
Hasan Al-Turabi, pemimpin Ikhwanul Muslimin di Sudan, menyokong revolusi besar di Iran dan menamakannya Revolusi Islam.
Al-Ma’rifah, majalah gerakan Islam di Tunisia, menyerukan kepada kaum Muslimin untuk membantu gerakan Islam di Iran itu.  
Rasyid AL-Ghannusyi, pemuka gerakan Islam di Tunisia, bahkan menyatakan Khomeini sebagai Imam seluruh kaum Muslimin. Karena pernyataannya itu maka Al-Ma’rifah diberangus.
Rasyid Al-Ghannusyi, dalam bukunya Al-Harakat al-islamiyyah wa al-Tahdits memandang adanya suatu pendekatan Islam yang baru, yakni sebagai yang telah dijelaskan dan diberi bentuk yang kukuh oleh Imam Hasan Al-Banna, Abul A’la Al-Maududi, Sayyid Quthub dan Imam Khomeini wakil-wakil yang paling penting dari cara pendekatan Islam pada gerakan jaman ini. (hal.16). Ia juga meramalkan bahwa keberhasilan Revolusi Islam di Iran itu akan merupakan permulaan suatu peradaban Islam yang baru. (hal.17). Di bawah subjudul Apakah yang kita maksudkan dengan Gerakan Islam? Al-Ghannusyi mengatakan: ”Yang kami maksudkan ialah pendekatan yang bersumber dari pengertian Negara Islam yang komprehensif (bersifat mampu menerima dengan baik), sesuai dengan tiga cara pendekatan (yang benar) oleh Ikhwanul Muslimin, Jama’at Islami di Pakistan, serta gerakan Imam Khomeini di Iran.” (hal.17). Ia pun mengatakan, ”Suatu operasi, yang mungkin akan merupakan suatu dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah gerakan kemerdekaan di seluruh kawasan ini, telah dimulai di Iran, yang akan membebaskan Islam dari kekuasaan pemerintah yang memperalat Islam untuk mencegah gelombang revolusi ke kawasan itu.”
Muhammad Abdurrahman Khalifah, Pemimpin Ikhwanul Muslimin di Yordania, menyerukan dukungannya kepada revolusi itu. Lebih lanjut ia sendiri berkunjung ke Iran untuk menyatakan dukungannya.
Di Mesir, majalah-majalah Al-Da’wah, Al-I’tisham, dan Al-Mukhtar berdiri di pihak revolusi di Iran itu dan menekankan watak Islamnya.
Jabir Riziq, adalah seorang wartawan Ikhwanul Muslimin terkemuka, menulis dalam al-i’tisham bahwa ”bangsa Iran ini adalah satu-satunya bangsa Muslimin yang mampu berevolusi menentang imperialisme (penjajah) dan salibis-zionis…Para tiran sedang goncang karena khawatir bahwa rakyat mereka sendiri akan berontak, menentang, dan menjungkirkan mereka sebagai yang dilakukan kaum Muslimin di Iran terhadap syah, sang agen…”
Dalam penerbitan bulan Shafar 1410 H ( Juni 1981), pada akhir suatu artikel yang ditulis sehubungan dengan peringatan hari ulang tahun kedua Revolusi Islam di Iran, Riziq melanjutkan: ”….Revolusi Iran berhasil setelah gugurnya ribuan Syuhada’, itulah revolusi terbesar dalam sejarah modern, terbesar dalam kegiatan-kegiatannya, hasil-hasilnya yang positif dan efek-efeknya yang membalikkan perhitungan-perhitungan dan mengubah kriteria-kriteria.” (hal.39).
Sehubungan dengan watak Islam dan kepemimpinan revolusi itu, organisasi internasional Ikhwanul Muslimin itu menyerukan: ”Kaum Muslimin Iran telah membebaskan diri dari penjajah Amerika Zionis melalui suatu perjuangan heroik yang menakjubkan dan satu Revolusi Islam yang membadai, yang unik di dalam sejarah umat manusia, di bawah pimpinan seorang Imam Muslim yang, tak syak lagi, merupakan kehormatan bagi Islam dan kaum Muslimin…”
Maulana Abul A’la Al-Maududi, pendiri dan pemimpin Jama’at Islami di Pakistan, mengeluarkan sebuah fatwa tentang Revolusi di Iran: ”Revolusi Khomaini adalah Revolusi Islam. Pesertanya dari kalangan umat Islam dan pemuda-pemuda yang terdidik dalam gerakan-gerakan Islam. Seluruh kaum Muslimin pada umumnya, dan gerakan-gerakan Islam pada khususnya, harus mendukung revolusi itu dan bekerja sama dengannya dalam segala-galanya.” (Majalah Al-Da’wah, Kairo, 29 Agustus 1979)
Rektor Universitas Al-Azhar dalam wawancaranya dengan koran al-Syarq al-Ausath yang diterbitkan di London dan Jeddah, 3 Februari 1979, mengatakan: ”Imam Khomeini adalah saudara kita dalam Islam. Kaum Muslimin, walaupun berbeda mazhab, adalah sesama saudara dalam Islam, dan Imam Khomeini berdiri di bawah panji yang sama dengan saya: Islam.”
Fat-hi Yakan, dalam bukunya abjadiyat al-Tathawwur al-Haraki lil Amal al Islam (ABC Pengetahuan Praktis Amal Islam), mengungkapkan persengkongkolan kolonialis dan super power dengan menegaskan: ”Ada suatu contoh yang segar tentang apa yang telah kami katakan itu, yakni pengalaman Revolusi di Iran belakangan ini. Itulah suatu contoh yang menunjukkan betapa seluruh kekuatan kufur di muka bumi telah maju serentak memerangi secara sungguh-sungguh untuk menggagalkan revolusi ini, karena revolusi itu islami dan karena ia tidak Timur dan tidak Barat.” (hal.48).
Al-Da’wah, dalam penerbitan bulan Mei 1984, mengatakan: Di dunia sekarang ini, terdapat suatu kesadaran Islam yang sedang meluas. Salah satu isyaratnya ialah Revolusi Islam di Iran yang walaupun menghadapi berbagai halangan, mampu menghancurkan imperium paling tua dan yang merupakan satu di antara rezim anti-Islam yang paling keji.” (hal.20).
Masih banyak lagi pemuka Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari berbagai negeri, seperti Dr. Kalim Shiddiqui (Direktur Muslim Institut, London dan pendiri Koran Internasional Islam, Crescen Internasional, Kanada), Hamid Algar (Seorang pemikir dan penulis Muslim terkemuka berkebangsaan Inggris), Kaukab Siddiqui (Pimpinan Jama’at Muslimin yang berpusat di Amerika Serikat, pecahan dari partai Jama’at Islamnya Maulana Maududi, Mohammad Habibullah Mahmud (Seorang jurnalis terkemuka dari Malaysia) dan banyak lagi, yang berpendapat sama. Memuatnya satu persatu, tentunya, di luar jangkauan risalah kecil ini.
Sebagai penutup, hendak kami ketengahkan ”kesaksian” seorang Kristen, tokoh Marxis berkebangsaan Arab dari Mesir yang dengan nada sumbang dan sarkastik (mengejek) menentang Khomeini dan Revolusi di Iran itu. Ghali Syukri, yang Kristen dan Marxis itu, menulis dalam Dirasat ’Arabiyah (Studi Kearaban), sebagai dikutip oleh Al-Bayadir al-Siyasi (No.2, 1 Februari 1982, halaman 3): ”Para pemikir yang dikenal sebagai berlatar belakang Marxis, hanya dalam sekejap telah berubah menjadi Muslimin yang gigih. Yang lain-lainnya, yang menurut sertifikat kelahirannya adalah orang-orang kristen, dalam sesaat telah menjadi ekstrimis-ekstrimis Muslim. Para pemikir yang menurut pendidikannya tergolong kepada Barat, tanpa cadangan sedikitpun telah berubah menjadi orang-orang Timur yang fanatik. Di bawah panji Khomeini, orang-orang Arab yang terpelajar kembali kepada lingkungan tradisi seperti domba tersesat yang kembali kepada kawannya setelah lama terasing dan terpisah.”[]
Dikutip dari Buletin Suluh, Edisi Khusus Menyambut Bulan Ramadhan, Terbitan Majlis Ilmu dan Zikir ”Al-Huda”